Keluargaku Bahagia......

Daisypath Anniversary Years Ticker

Minggu, 28 November 2010

Arabian Toilet

Ups.... dari judulnya, saya tidak bermaksud cerita tentang yang j*rok maupun hal yang menjijikkan, jangan dibayangin juga, cukup dibaca saja hehe. Hanya berbagi pengalaman ke"udik"an saya yang baru tahu istilah tersebut.

Berawal dari beberapa perjalanan kami ke negeri tetangga Qatar, Saudi Arabia or KSA. Pun kemudian saya coba sambung-sambungkan dengan yang saya temui di Qatar. Sudah jadi pengetahuan bersama bahwa di Qatar toilet-toilet umum sangat terjaga kebersihannya. Dan bisa dipastikan tidak berbayar pula. Jika kita mencari toilet duduk, jumlahnya akan lebih banyak daripada toilet jongkok. Maklum, karena banyaknya pendatang, rata-rata apartemen yang disewakan di qatar pun bertoilet duduk sebagai standar internasional mungkin. Nah, karena kami di rumah kami memakai toilet duduk kami pun menjadi terbiasa dengan hal tersebut, kendati di tanah air pun rumah kami bertoilet jongkok. Dan kami pikir, secara umum di negeri ini, hampir sebagian besar kami menemui lebih banyak toilet duduk daripada yang jongkok.

Cerita berlanjut saat kami ke saudi dengan menggunakan pesawat melalui bandara king abdul aziz. Sudah diketahui bersama pula bahwa saat kami di saudi, kami harus sudah siap-siap dengan toilet yang tidak terlalu bersih*baca : kotor* daripada di Qatar. Pengalaman waktu umroh via darat pake bis pun demikian, begitu melewati border saudi...hehe...ke toilet umum udah harus siap dengan jurus macem-macem....jurus tutup hidung, sedia tissu sendiri+banyak, hand sanitizer dll. Saat tiba di bandara kami sudah bersiap dengan kondisi tersebut. Di terminal kedatangan memang masih seperti yang kami ceritakab di awal tentang kondisi toilet di saudi. Begitu susahnya kami mencari toilet bersih dan duduk. Yah, harap maklum, khan sudah tahu...so...terima aja.

Hal sebaliknya justru kami temui di terminal keberangkatan waktu akan pulang ke Qatar. Waktu kami ke toilet...hmmmm....bau wangi sudah tercium, ada petugas kebersihan dan....toiletnya semua jongkok. Ini mungkin yang sudah standar bandar udara internasional...bathin saya dalam hati. Finally....bisa ke toilet dengan cukup nyaman, tapi justru saat akan pulang meninggalkan saudi. Yang bikin kaget dan saya baru tahu, saat di toilet bareng sama penumpang lain yang sama-sama dari Qatar tapi keturunan Arab...mereka malah tanya ke petugas kebersihan " Is There any Arabian toilet here?" sambil nggerundel toilet bandara negara Arab kok ga ada arabian toiletnya...gimana sih ini itu bla..bla..bla. Temen saya yang orang pakistan padahal sebelumnya udah bilang ke saya dan petugas kebersihan " Wow...it's clean now!". Kontan kami bingung, di saat kami lagi lega dan seneng ada toilet bersih n duduk semua eh...dia kok masih belum nemu yang pas. Akhirnya kami menanyakan....apa sih yang dia maksud dengan Arabian toilet? and then....maksudnya toilet jongkok! Oh...ternyata orang Arab sebenernya versi toiletnya yang jongkok, dia juga pengennya di mana-mana ada yang jongkok. Kalo di doha banyak yang jongkok, itu menyesuaikan karena banyaknya pendatang kurun waktu belakangan ini. Pantesan kalo bangunan-bangunan tua, toilet umumnya lebih banyak toilet jongkoknya. Yah....buat kami sih ga masalah bisa apa aja, tapi istilah arabian toilet....baru tahu sekarang maksudnya apa.


Senin, 22 November 2010

Hajj 2010

Alhamdulillah tak henti-hentinya rasa syukur ini kami panjatkan kehadirat Allah swt. Alhamdulillah tanggal 19 kemarin kami telah sampai di Qatar kembali setelah dari tanggal 11 november kami berangkat untuk menjalankan ibadah haji ke Baitullah.

Perjalanan kami mulai tanggal 11 november 2010 pagi karena pesawat akan terbang pukul 13.30. Setelah check-in dll, kami segera ke ruang tunggu. Tak ada kendala yang berarti, semua lancer, kami juga sudah siap memakai ihram dari rumah. Beberapa teman ada yang satu penerbangan, ada pula rombongan teman Indonesia yang salah tiket kurang lebih 4 orang. 1 orang bisa tetap diberangkatkan, 1 lagi harus berangkat lewat muscat (Oman) dan 2 orang lagi batal berangkat setalh beberapa hari kemudian berusaha mencari tiket pengganti tidak berhasil. Alhamdulillah, Allah menunjukkan bahwa kami harus banyak bersyukur karena tidak mengalaminya dan semua berjalan lancar.

Kami sampai di Jeddah pukul 4 sore, urus2 imigrasi dan memulai perjalanan ke hotel di Aziziya Mekkah pukul 8 malam. Dan Alhamdulillah kami sampai pukul 11 malam, istirahat sebentar, makan langsung lanjut umroh di masjidil Haram. Umroh selesai kurang lebih pukul 3 pagi, belum begitu ramai, dan waktu itu memang tengah malam. Sambil menunggu shubuh kami tilawah dan tidur-tiduran sebentar di masjidil haram. Hal yang cukup membuat ujian buat saya adalah karena payudara saya bengkak setelah sekian lama tidak disusu. Saya juga lupa untuk membawa pompa, alhasil saya harus bertahan dengan bengkak dan rasa sakit. Dalam hati saya berdoa semoga Hasan ditinggal tidak apa-apa, tidak rewel, dan sempat terbersit coba ya ada bayi yang mau menyusu di masjidil haram, saya pasti akan sangat senang sekali menyusuinya....yah tapi paling juga ga ada yang mau kali.

Setelah fajar kami pulang kembali ke hotel dan bersiap untuk ihram kembali lusanya berangkat ke mina untuk mabit pada hari tarwiyah. Alhamdulillah hamlah(agen) kami sangat melayani sekali para jamaah menjalankan ibadah haji dengan pelayanan terbaik yang mereka bisa. Tenda kami di mina juga lumayan dekat dengan hotel dan jamarat. Tenda kami dialasi dengan busa cukup tebal dengan ada penyekat di samping kanan-kiri, jadi saat tidur kami tidak akan melihat satu sama lain. Saat kami sampai di tenda dan menata barang, kami dikagetkan dengan berita teman-teman dari doha dengan hamlah lain yang harus kembali ke hotel karena tidak tersedianya tenda. Ya, tenda di mina diatur per Negara, jadi satu area Qatar masih berdekatan satu lokasi. Wallahu a’lam karena factor tenda yang berkurang atau factor jamaah yang meningkat jumlahnya. Beberapa teman kami itu akhirnya harus pasrah kembali ke hotel dengan resiko membayar dam karena tidak mabit di mina. Sebagian masih bertahan dengan berdesak-desakan di tenda bagi ibu-ibunya dan bapak-bapak ngemper di luar tenda. SUngguh hal yang sangat jauh berbeda dengan kondisi tenda kami....Ya Allah seandainya kami bisa menampung teman-teman kami tersebut tentu masih muat. Tapi pihak hamlah tentu tidak mengijinkan jamaah selain hamlah tersebut masuk ke tenda kami.

Rangkaian ibadah haji ini selalu diselingi halaqah oleh pembimbing haji dari pihak hamlah. Alhamdulillah kami mendapat pembimbing yang subhanallah sangat inspiratif dan selalu mengingatkan kami apa aktivitas yang kami lakukan. Persiapan keesokan harinya di arafah, bahwasanya di arafah Rasulullah berdoa sedari dzuhur hingga terbenam matahari dan tidak sedetikpun lepas perhatiannya dari doanya. Berdoa sebanyak-banyaknya dengan tentu saja yang paling utama adalah doa agar dosa kita diampuni,serta kita bisa memasuki JannahNya, terhindar dari siksa api neraka. Dan diingatkan pula untuk selalu yakin, haqqul yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa hambaNya. Saat di padang arafah inilah, saya merasa kedekatan yang luar biasa dengan Allah, dengan kematian, hari Akhir dan akhirat. Betapa sungguh manusia tak ada apa-apanya di hadapan Allah swt.

Perjalanan dilanjutkan dengan mabit di muzdalifah, mabit dengan beralaskan tikar beratapkan langit. Shubuh tiba, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki meju mina untuk melempar jumrah aqabah. Setelah awalnya kami dijanjikan untuk naik bis, tap ibis pun sudah tak mampu bergerak karena macet yang luar biasa, kami putuskan untuk jalan. Lumayan jauh, sesampai di tempat melempar jumrah jamaah sudah sangat penuh sesak. Saya menggandeng erat tangan suami, dan ya Allah bagaikan lautan manusia saling dorong saat melempar jumroh. Saya sempat terdorong dan terombang-ambing di pusaran manusia hingga kemudia saya dan suami berhasil keluar dari arus lautan manusia dan kami selesai melempar jumroh. Kami tahalul awal dengan mencukur rambut, sembari menunggu suami mencukur rambut saya istirahat sejenak. Saat itu payudara saya kembali bengkak tak terkira. Sekarang saya menyiasati dengan selalu membawa pompa peras di tas jadi bisa mompa di mana saja kapan saja. Tiba tiba ada seorang bapak kewalahan membawa anak bayinya yang nangis minta mimi. Dan dia menyerahkan begitu saja bayi tersebut di gendongan saya samba lbilang dengan bahasa arab dia mau nyari istrinya, ibu si bayi tersebut. Saya bingung ditinggal bapak itu, apakah ini jawaban atas doa saya untuk bisa menyusui anak? Tapi saya tak berani, takut bapaknya marah. Akhirnya saya beri air putih saja sambil terus berusaha saya diamkan karena dia terus menerus menangis.

Selesai melempar jumroh kami melanjutkan perjalanan menuju masjidil Haram untuk thawaf ifadah. Sebenarnya ada satu lagi ujian kami kali ini, Ada mbak-mbak tkw yang dihajikan majikannya sendirian tanpa mahram. Dia akhirnya mengikuti kami berdua dan sesekali kami diuji dengan ketidak nyambungannya serta ketidaktahuannya akan ibadah haji ini sendiri. Tapi Alhamdulillah Allah masih beri saya kesabaran, dengan begini saya bisa berbagi ilmu dengannya. Dia terus mengikuti kami, bareng kami, sesekali istirahat karena kaki yang lelah berjalan. Sesampai di masjidil haram, thawaf dan sa’i kami lakukan. Kondisi masjidil haram sudah mulai meadat sehingga kami memutuskan untuk thawaf di lantai 1 saja. Selesai sa’i kami kembali ke mina dengan taksi, tapi taksi pun tak bisa mngjangkau terlalu masuk mina. KAmi diturunkan di jalan dan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki lagi. Hari itu full dengan jalan kaki sedari pagi hingga sore. Setiap kali kami lihat ibu-ibu/bapak-bapak renta yang berhaji....Ya Allah kasihan mereka, pasti capek sekali,kondisi badan kami yang masih muda tentu berbeda dengan mereka yang sudah sepuh. Memang ibadah haji seharusnya dilakukan selagi muda, sungguh dibutuhkan stamina yang kuat. Tapi mungkin buat orang Indonesia, uang untuk berangkat ubadah haji pun baru bisa terkumpul saat usia telah renta. Saya jadi ingat bapak saya yang tahun lalu berhaji....kasihan hmmm.

Sesampai di mina kami lanjutkan mabit untuk keesokan harinya menlontar jumroh tanggal 11 dan 12 dzulhijjah. Kami memang mengambil nafar awal dan hanya melempar jumroh 2 hari saja. Kepadatan saat melempar jumroh kali ini masih sama dengan kepadatan saat lempar jumroh pertama kemarin. Beberapa ibu-ibu teman kami juga diwakilkan suaminya karena kondisi yang sangat padat dan kurang baik bagi wanita untuk ikt berdesak-desakan.

MAbit di mina harus selalu dimaksimalkan dengan doa dan ibadah sebanyak-banyaknya. Sampailah saat kami harus meninggalkan mina saat tanggal 12 dzulhijjah. Kami bergegas menuju bis dan membawa barang-barang. Sesampai di pinggir jalan raya, di atas jembatan kami menunggu bis datang. Menunggu dan menunggu bis tak juga mncul. Cuaca panas berubah agak mendung, kilat mulai menyambar dan hujan mulai turun. Beberapa dari kami meutuskan kembali ke tenda. Tapi kami tidak, berhujan-hujanan dengan petir yang menyambar-nyambar, tak sengaja kami baru menyadari hujan yang turun adalah hujan es. Pantesan kepala kayak dilemparin batu, temen saya bilang kok kayak kena lempar jumroh ya? Hihi....kadang memang saat lempar jumroh kami beberapa kali saat posisi sudah di depan kelempar kerikil dari belakang yang salah sasaran. Ini hujan es pertama yang saya temukan di tengah negeri padang pasir, di bogor sih dulu sering, di Qatar belum pernah, di Saudi....ini jga yang pertama buat saya. Setelah berhujan-hujan ria, kami memutuskan pulang ke hotel jalan kakii karena takut kena maghrib masih di area mina.

Sampai di hotel dengan kondisi basah kuyup dan menggigil kedinginan karena hujan es. Malamnya bersiap untuk thawaf wada, selesai kurang lebih pukul 4 pagi. Pukul 6 kami sudah harus bersiap di bis menuju bandara king abdul aziz Jeddah. Alhamdulillah, setelah pesawat delay kurang lebi 6 jam, sampai juga kami di doha dengan selamat pukul 8 malam. Bertemua anak-anak....rasanya kangen sekali, dan yang cukup membuat hati saya sedih adalah Hasan menolak saya susui. Selama di sana selalu saya pompa agar produksi asi tidak berhenti. ASI memang tidak berhenti, tapi hasan yang mengalami bingung putting. Saya sudah pasrah, kondis badan juga sudah sangat drop karena radang tenggrookan, mau meriang dan capek. Akhirnya saya peras lalu dimasukkan ke botol, hingga sekarang masih seperti itu. Ya Allah jika memang ini yang terbaik bagi kami(saya dan hasan) mohon ikhlaskanlah hati ini akan semua keputusanMu. SUngguh semua telah saya perkirakan, hati sudah maju mundur untuk berangkat atau tidak bercampur dengan ketakutan hasan tidak bisa mimi asi lagi. Tapi saat say abaca kembali fiqh haji yusuf qardhawi, tidak ada alasan terbebasnya kewajiban haji bagi ibu yang anaknya masih menyusu tapi sudah bisa makan dari selain menyusu (lebih dari 6 bulan, sudah ada pendamping ASI). Ya Allah semoga masih bisa diusahakan agar hasan mau mimi lagi, kalopun tidak bisa, ikhlaskan hati ini atas semuanya Ya Allah. JAdikan kami haji yang mabrur. Amin Ya Rabbal Alamin.

Selasa, 02 November 2010

Detik-Detik Mendebarkan Menuju Baitullah

Allah maha Segalanya, segala puji bagi Allah seru sekalian alam....
sengaja saya tuliskan ini sekarang agar tak terlupa peristiwa penting dan mendebarkan ini, walopun mungkin sampai saat menulis sekarang ini segala sesuatu nya masih belum pasti. Semoga Allah menyampaikan pada saatnya nanti dan memberi kelancaran, kekuatan dalam menjalankannya sehingga menjadi haji yang mabrur dan mabrurah.

Berawal dari pengumuman pendaftaran haji saat Ramadhan yang lalu, kami memang sudah berniat untuk melaksanakan ibadah haji tahun ini karena tahun kemarin saya lahiran Hasan, anak kedua saya. Pendaftaran haji di sini tidaklah seperti di Indonesia yang jelas no urutannya, bahkan bisa mengantri sampe 3 tahun, at least sudah ada no urut keberangkatan. Kalo di sini, semua dilakukan Online, penentuan siapa saja yang berangkat tidak terlalu jelas, pun setiap tahun pendaftaran akan diulang terus. Jadi semacam kocokan arisan, bener-bener ga ada kepastian. Sempet ada gosip yang bisa haji adalah resident yang sudah tinggal di Qatar selama minimal 3 tahun. Tapi tahun kemarin gosip tersebut terpatahkan dengan banyaknya jamaah haji yang bisa berangkat kendati baru tinggal kurang dari 3 tahun.

Detik-detik mendebarkan setelah mendaftar adalah menunggu pengumuman. Pengumuman bisa dilihat di we komite haji dengan memasukkan no identitas. Biasanya juga diikuti dengan pemberitahuan via sms kepada yang bersangkutan. Ditunggu-tunggu belum datang juga, biasanya sesudah idul fitri diumumkan....tapi tak kunjung ada sms. Beberapa teman sudah ada yang mendapat sms saat itu. Kami masih terus bersabar sambil terus berdoa.

Sejujurnya, saya pun masih ragu karena Hasan masih mimi ASI. Tapi beberapa solusi coba saya terapkan sebagai ikhtiar persiapan ibadah haji ini. Bagaimanapun ikhtiar tetap harus dimaksimalkan. Orang tua sudah menyanggupi untuk datang ke Qatar menjaga anak-anak selama kami pergi. Saya berusaha memompa ASI untuk mimi Hasan, jadi kendati ditinggal dia masih bisa mengkonsumsi ASI. Freezer kulkas yang kecil rasanya tidak cukup untuk menampung, lagipula jika digabung dengan bahan makanan lain akan tidak tahan lama. Kami pun membeli freezer tambahan lagi yang hanya freezer saja. Sedikit demi sedikit, setetes demi setetes coba saya kumpulkan. Alangkah susahnya memompa ASI saat di waktu yang sama Hasan juga masih terus mimi. Berbeda jika Hasan memang lama tidak mim, tentu hasilnya akan banyak. tapi tak mengapa....terus dicoba, kadang hanya 50 ml, tapi kadang juga bisa sampai 150 ml. Karena perkiraan jika pake pesawat Hasan akan ditinggal 8 hari, makanhasil hitung-hitungan kebutuhan ASInya masih belum cukup, tapi saya terus semangat.

Semangat agak mengendur ketika sampai dengan kami kembali ke Qatar lagi sesudah vacation lebaran belum juga ada pengumuman/sms. Saya juga sudah pasrah, ikhlas seandainya tidak jadi berangkat. Mungkin ini yang terbaik buat anak-anak. Dan ternyata dari pihak hamlah tidak tersedia paket mekkah saja tapi adanya paket mekkah-madinah yang jumlah total harinya 16 hari....wah bisa lama ninggalin hasannya.

Tanggal 15 oktober adalah watu terakhir suami untuk bisa aply cuti haji karena pada tanggal ini lah jadwal bulan depan(november akan dibuat). Suami berusaha tetap apply cuti kendati belum ada keputusan. Bosnya bilang jika belum ada kepastian y belum bisa. Waduh padahal tidak ada yang bisa memastikan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya memang ada yang mepet banget. Suami bilang, ya sudah kepastian berikutnya tanggal 28 oktober.

Tanggal 28 Oktober adalah weekday terakhir sebelum weekend (di sini weekend jumat-sabtu). Kata temen-temen tanggal ini adalah tanggal penentuan terakhir karena jadwal keberangkatan adalah tanggal 6, jika pengumuman minggu depannya lagi sudah mepet sekali dengan waktu keberangkatan rasanya tidak mungkin. Akhirnya suami meminta perpanjangan waktu sampai tanggal 1 karena berharap tanggal 1 adalah awal weekday sekaligus awal bulan. Barangkali ada keputusan dari pihak komite haji.

Tanggal 31 oktober suami memutuskan mengcancel cuti sekaligus mengcancel haji. setelah beberapa kali ditelpon pihak pembuat jadwal dan telpon ke hamlah tidak ada kejelasan akhirnya suami memutuskan demikian. Saat itu rasanya kami sudah ikhlas, semua kami pasrahkan pada Allah. Jika tidak jadi berangkat semoga kami pun tidak berdosa, dan semoga Allah menghitung niatan dan ikhtiar kami.

Tanggal 1 november siang ada sms dari pihak hamlah kalau apply haji kami approve. Hah???? gimana donk? sementara cuti sudah terlanjur dicancel, orangtua juga sudah terlanjur dicancel untuk datang. Karena sms ini baru dari hamlah kami pun belumbegitu yakin. Beberapa menit kemudian sms dari komite haji datang. Ya Allah.....saat itu kami bingung harus bagaimana. Kemudian kami berusaha meyakinkan diri, bahwa ini berarti panggilan Allah, harus tetap berusaha diperjuangkan sampai benar-benar tidak memungkinkan. Akhirnya suami menelpon pihak perusahaan dan mencoba mengambil kembali cuti hajinya. Setelah telpon sana-sini, akhirnya Allah memberi pertolongan, ada teman Qatari suami yang mau menngcancel cutinya karena memang dia belum butuh-butuh banget untuk cuti saat ini, bisa diundur. Ya Allah subhanallah Allahu Akbar. Kami pun semakin semangat mempersiapkan segala sesuatunya.

Kami langsung menelpon orangtua di depok apakah masih ada kemungkinan bisa ke sini. Teman-teman yang baik banyak yang menawari anak-anak dititip saja ke mereka. Tapi saya tetep akan mengusahakb orangtua kami datang. Bagaimanapun juga, Hasan akan mimi ASI peras, saya ga tega dan ragu apakah teman-teman akan telaten dengan hal tersebut.....mungkin akan kerepotan. Kalau ibu saya sudah terbiasa dengan ponakan saya yang mengkonsumsi ASI peras di depok karena kakak saya bekerja, dan kadang tugas keluar kota. Alhamdulillah awalnya kami merasa kahwatir karena tidak ada temen barengan yang bisa dititipi buat naik pesawat, ternyata orang tua saya menyatakan berani, dan sangat mensupport kami. Akhirnya malam itu juga saya pesan tiket. Hari itu juga suami ke hamlah untuk mendapatkan informasi detail keberangkatan. Kami bagi-bagi tugas mempersiapkan segala sesuatunya.

Tanggal 2 november kami siap-siap lagi, menyiapkan segala dokumen yang dibutuhkan. Dan Alhamdulillahnya pihak hamlah malah menawarkan paket mekkah saja yang hanya 8 hari dengan keberangkatan diundur sampai dengan tanggal 12 november. Subhanallah, Allahu akbar walhamdulillah....Ya Allah Engkau beri solusi kejaiban atas semuanya. Itu berarti kami masih punya cukup waktu untuk bersiap, dan kami tidak akan terlalu lama meninggalkan Hasan.

Ya Allah.....Jika Engkau berkehendak kami memenuhi panggilan Mu....mudahkanlah, lancarkanlah segala urusan kami sampai dengan waktu keberangkatan serta proses pelaksanaan ibadah haji kami.. Semoga ibadah kami bisa kami persiapkan dan lakukan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi haji yang mabrur.....amien Ya Rabbal Alamin.