Keluargaku Bahagia......

Daisypath Anniversary Years Ticker

Senin, 27 Desember 2010

Beralih ke Cloth Diapers

Tidak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan yang berdampak baik. Ya, saya memang sudah ingin sekali memakai cloth diapers pada anak-anak, tapi mungkin tekad saya belum terlalu kuat. Dulu sempat ingin menggunakan popok lampin, banyak teman yang jual, tapi karena kemudian kami pindah ke luar negeri saya jadi mikir-mikir lagi.


Tinggal di Negara yang sangat tidak begitu peduli dengan sampah dan pemanfaatan barang bekas sungguh sangat tidak nyaman ternyata. Yang jelas, saya jadi susah mencari/menemukan cloth diapers. Awalnya saya ingin bawa dari Indonesia tiap kali pulang, tapi kemudian kesibukan ibu rumah tangga dengan segala aktivitas yang dilakukan sendiri tanpa asisten menjadi pertimbangan saya berikutnya dalam menggunakan diapers bagi anak saya. Bayangkan saja, jangankan kok cloth diapers, makan saja kami terbiasa memakai utensil plastic di mana-mana. Awalnya saya juga kaget, tapi kemudian menjadi maklum karena kalopun mencuci saya juga gempor jika harus nyuci piring seabreg-abreg sendirian. Pun kalau kita belanja di supermarket, jangan kaget kalau pelayan disamping kasir akan memasukkan 1 barang 1 kantong plastic, padahal kita belanja banyak banget. Jadi kalo habis belanja, bukan hanya membawa pulang belanjaan tapi juga timbunan palstik. Kalo in kami siasati dengan membawa kantung belanjaan yang dijual di beberapa supermarket dengan bahan yg bisa terurai di tanah. Benar-benar pola hidup yang sangat tidak ramah lingkungan. Apa mungkin karena di sini ada bahan baku plastic melimpah kali ya? Tapi ya tidak seharusnya begitu lah...berlebihan juga kayaknya, kadang jadi geregetan juga.

Nah kembali ke cloth diapers, dalam rangka mengubah pola hidup dan seiring kuatnya tekad untuk lebih peduli lingkungan dan kesehatan akhirnya saya berhasil memulai pemakaian cloth diapers(Clodi) pada anak saya yang kedua, Hasan 1 tahun. Yah, seperti yang saya tuliskan di awal tadi, tidak ada kata terlambat untuk sebuah perubahan. Dan saat usia Hasan 1 tahun ternyata gampang juga makeinnya, mungkin karena sudah agak gede jadi ga terlalu masalah. Sebagai amatir clodi user, saya banyak cari informasi dan pernak pernik perclodi-an. Karena saya belum banyak berpengalaman, saya bermaksud mencoba beberapa merk clodi sehingga tahu mana yg bagus dan pas untuk dipakai. Saya coba beberapa merk Indonesia dan merk US. Untuk review nanti ya kalo sudah beberapa kali dipakai. Sekarang awalan aja, saya akan bahas apa yang bisa kita pelajari ketika akan memulai memakai clodi.

Saya akan memulai berkenalan dengan istilah-istilah dalam perclodi-an :

Cloth Diaper ada berbagai jenis, di bawah ini adalah adalah macam2 cloth diaper dan perangkatnya :

1. AIO – All-In-One diaper: Diaper jenis ini tidak perlu menggunakan lapisan penyerap/absorbent material tambahan. Lapisan penyerapnya dijahit menyatu pada diaper. Jenis ini yang paling menyerupai disposable diaper karena merupakan one-piece diapering system. Perbedaannya hanya, diaper ini bisa dipakai ulang. Kelebihannya adalah, karena one-piece maka sifatnya praktis dan mudah digunakan. Kita tak harus membawa-bawa kain penyerap terpisah bila bepergian. Kekurangannya adalah, lebih lama kering bila dijemur karena punya lapisan penyerap yang tebal. Kekurangan lainnya lebih sulit dibersihkan dibandingkan cloth diaper jenis lain. Variasi lebih lanjut dari AIO adalah AI2.

2. AI2 – All-In-Two: material penyerap tidak dijahit menyatu dengan diaper. Bahan penyerapnya adalah satuan, terpisah dan tidak menempel pada diaper. Penggunaannya dilampirkan di atas diaper. Jenis ini agak serupa juga dengan Pocket Diaper yang merupakan two-piece diapering system. Perbedaannya adalah, dalam diaper jenis Pocket, bahan penyerap dimasukkan ke dalam pocket/ kantong, sedangkan dalam AI2 bahan penyerap hanya disampirkan saja ke atas diaper. Kelebihannya: lebih cepat kering dibandingkan dengan AIO. Kekurangannya tentu saja agak kurang praktis dibanding AIO karena mesti membawa lapisan penyerap terpisah.

3. Pocket Diapers: Popok dengan system kantong ini hampir serupa dengan AIO atau AI2. Lapisan luar (outer) terbuat dari bahan yang waterproof dan lapisan dalam (inner) terbuat stay-dry material seperti microfleece atau suede. Perekatnya bisa berupa snap/kancing atau Velcro (klo kubilang kreketan). Perbedaannya, clodi jenis ini mempunyai pocket/ kantong untuk memasukkan doubler/insert pada saat popok digunakan, dan insertnya bisa dikeluarkan pada saat pencucian. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa sistem pocket ini merupakan terobosan paling inovatif dalam dunia per-clodi-an. Saat ini, pocket diaper nampaknya jadi pilihan yang paling popular di antara clodi jenis lain. Kelebihannya: bahan pengisi pocket bisa ditentukan sesuai keinginan, lebih mudah dicuci dibanding AIO karena insert bisa dipisahkan, kelihatan trim/ramping bila dipakai bila tidak terlalu banyak insert yang dimasukkan. Kekurangannya: membutuhkan insert sehingga tidak sepraktis AIO, dapat kelihatan bulky/gembung bila terlalu banyak insert yang dimasukkan.

4. Fitted Diapers: Fitted diapers bentuknya agak serupa dengan disposable diapers. Bentuknya sudah jadi, sehingga tidak melipat-lipat dulu spt prefold diaper. Model ini dilengkapi dengan bagian elastic pada bagian belakang dan lingkar paha (tidak seperti Contour Diaper yang tanpa bagian elastik). Pemakaiannya mesti memakai diaper cover di luar karena tidak waterproof. Selain itu juga direkatkan dengan Velcro dan kancing. Fitted diapers bisa dikatakan bentuk lebih lanjut dari pre-fold diaper tapi lebih ringkas penggunaannya karena bentuknya sudah jadi.

5. Flats– one-layer : popok kain biasa yang lazim digunakan di Indonesia. Biasa dipakai untuk newborn baby.

6. Pre-folds: Kain berbentuk persegi--bisa terbuat dari bermacam bahan yang adem dan menyerap-- yang dilipat-lipat menyerupai popok. Bedanya dari flat diaper, prefold adalah multiple layer diapers dengan layer/lapisan yang lebih tebal di bagian tengah untuk menyerap pipis. Ketebalan layer/lapisan tergantung dari banyaknya lipatan atau tergantung dari seberapa lebar kain yang digunakan. Pre-folds 4×8x4 berarti terdiri dari 4 lapisan di kedua sisi, dan 8 lapisan di tengah. Dibutuhkan peniti untuk memasangnya. Kelebihan flats dan prefold adalah: ekonomis karena termurah dibanding popok kain jenis lain, mudah dibersihkan, dan cepat kering karena tipis. Kain persegi ini juga bisa difungsikan sebagai lapisan penyerap tambahan (soaker) atau sebagai bahan pengisi pada popok jenis pocket (pocket stuffer). Kekurangannya: kurang praktis karena harus melipat-lipat dahulu dan harus memakai peniti. Mudah tembus, karenanya dibutuhkan diaper cover yang bersifat water-proof.

7. Diaper Cover: Pembungkus popok yang berfungsi sebagai lapisan luar yang anti tembus/water-proof. Bisa terbuat dari bermacam bahan seperti polyester, Polyurethane Laminate (PUL), waterproof nylon, fleece atau wool. Perekat cover ini bisa berupa kancing, kreketan atau berbentuk celana pull-up.

8. Doubler: adalah lapisan penyerap tambahanan untuk memperbesar daya tampung diaper saat diperlukan perlindungan ekstra. Misalnya pada saat malam hari..

9. Soaker: Istilah soaker dapat merujuk pada 2 hal. Pertama, ia dapat berarti lapisan penyerap di bagian tengah diaper. Soaker dapat dijahit ke dalam diaper (seperti pada AIO), dapat dijahit separuh hingga membentuk flap (eg. celana berlidah ), dapat sebagai insert/bahan isian pocket diaper, atau dapat diletakkan begitu saja dalam diaper. Pengertian yang kedua, soaker dapat menunjuk kepada diaper cover berbahan wool.

10. Liner:
adalah lapisan tipis dari kain atau kertas yang ditempatkan ke dalam diaper untuk mempermudah pembersihan diaper bila terkena poo. Poo yang menempel pada liner dari kertas bisa langsung dibuang atau disiram ke dalam toilet langsung bersamaan dengan linernya. Sedangkan liner dari kain harus dicuci. Penggunaan liner mempermudah proses pencucian karena melindungi diaper dari terkena noda poo secara langsung.


sumber : www.clothdiaperindonesia.com

perlu juga kita ketahui macam-macam type bahan clodi dan cara pencuciannya

Senin, 20 Desember 2010

Kena Cacar Air = imunisasi

Hari ini sudah sekitar 10 hari Hasan terkena chicken pox a.k.a cacar air. Kondisinya sekarang sudah mulai sembuh, tinggal bintik-bintiknya yang sedang mulai mengelupas, tapi justru saat ini lah virus ini mudah menular ke mana-mana. Semoga tidak terlalu berbekas dan sehat seperti semula, dan Hasan jadi punya imunitas di kemudian hari terhadap penyakit cacar air ini. Berhubung Hasan terkena cacar air, saya jadi tertarik untuk menuliskan tentang penyakit tersebut serta bagaimana seharusnya menghadapi penyakit ini (sotoy.com). Hmmm....padahal tgl 12 kemarin tepat Hasan berusia 1 tahun dan jadwal dia imunisasi ulangan. Di sini imunisasi hanya sampai 6 bulan, baru akan imunisasi lagi setelah 1 tahun. So...imunisasinya ditunda dulu sampai sembuh betul, gapapa ya Dek...kena cacar juga jadi kayak imunisasi cacar air, Hasan kuat InsyaAllah.

Awal mulanya Hasan terkena cacar air ini mungkin tertular dari anak-anak tetangga yang memang sedang banyak yang kena. Penyebarannya memang cukup cepat dan hampir semua anak-anak di flat kami kena. Cacar air ini memang biasanya akan merebak saat pergantian musim atau saat cuaca ekstrem di mana tubuh kita sedang menurun kondisinya...so...kekebalan tubuh kita pun menurun. Jadi sebenarnya tidak hanya cacar air, tetapi virus-virus lain seperti influenza pun pada masa-masa itu akan merebak dan banyak orang yang terkena sakit. Jadi tidak heran jika anak-anak di sini, sepanjang tahun akan ‘meler’ alias terkena flu karena kondisi cuaca yang kurang baik bagi tubuh anak. That’s why imunisasi influenza, selain karena musim flu burung maupun babi, di sini amat sangat disarankan, bahkan sempat mau diwajibkan baik itu untuk anak-anak maupn dewasa.

Hasan sebenarnya tidak terlalu sering bahkan bisa dikatakan tidak terpapar langsung oleh penderita cacar air. Yang sakit cacar air pasti akan langsung diisolasi di rumahnya dan anak-anak yang lain dilarang untuk main ke rumahnya beberapa saat menunggu anak tersebut sembuh. Sedangkan hasan relative jarang/tidak pernah saya bawa main ke rumah tetangga sejak musim cacar air merebak. Justru silmi yang sering terpapar karena kadang dia maksa tetep main di temannya yang kakaknya sedang sakit atau temennya tersebut habis sakit. Tapi mungkin karena daya tahan tubuh hasan sedang turun dan Silmi kuat, makanya yang kena malah hasan. Sejak Hasan kena saya juga agak khawatir silmi juga kena, awalnya saya berusaha mengisolasi silmi dari Hasan dengan cara memisahkannya dari aktivitas bareng Hasan yang selama ini sering dilakukan bersama-sama seperti makan, tidur, mandi, dll. Yah namanya juga kakak-adik, kendati berusaha dipisah tetep susah, tetep aja maunya bareng terus...jadi ya sudahlah saya pasrah juga akhirnya dan membiarkan mereka beraktivitas seperti biasa. So far Silmi masih kuat-kuat aja dan tidak sakit/tertular. Saya sendiri dan suami dulu waktu kecil sudah pernah kena, jadi dimungkinkan akan punya kekebalan....tapi tetep harus waspada karena ternyata banyak juga temen-temen di sini yang terkena lagi kendati waktu kecil sudah terkena. Jadi ga sekali seumur hidup deh....bisa juga terkena turunannya berupa herpes.

Selengkapnya bisa baca di sini

Awalnya cacar air ini tumbuh berupa bintik-bintik merah berisi air, muncul di telinga dan selangkangan hasan. Saat muncul dia tidak terlalu panas suhu badannya hanya anget-anget aja. Masih main seperti biasa dan relative tidak terlalu rewel bahkan seperti selayaknya tidak sakit. Sangat kasihan saat mulai muncul banyak dan dia merasa panas di kulit serta gatal. Mungkin dia ingin menggaruk tapi tidak bisa, mulai lah agak rewel tapi juga tidak terlalu. Hanya saat berkeringat saja, saat habis mandi dan badan seger sih dia enak-enak aja main seperti biasa. Mandi juga tetap dilakukan dengan memakai antiseptik. Untuk olesan saya hanya memakai calamine lotion. Banyak yang menyarankan memakai antivirus tapi saya pikir tidak perlu, Itu hanya untuk yang dewasa dengan gejala cukup parah, kalo buat anak bayi mendingan ga usah, lagia hasan juga tidak terlalu parah. Dikhawatirkan dengan antivirus justru malah membuat imun alami yg nantinya akan terbentuk sesudah sakit akan terganggu.

Jadi....karena cacar air ini identik dengan penyakit sejuta umat (hampir sebagian besar orang mengalaminya), jangan panic, jangan pula terlalu takut tetapi juga tetap berdoa dan berusaha agar tidak sakit. Usahakan tetap menghindarinya dengan menjaga kebersihan, stamina, makan makanan yang cukup agar tubuh tetap fit. Tapi kalaupun kena juga gapapa, yang penting sabar untuk melewati masa-masa virus tersebut mampir di tubuh kita. Hikmahnya Itung-itung imunisasi cacar air gratis, karena sesudah kena kita akan punya imun terhadap penyakit ini di kemudian hari.