Keluargaku Bahagia......

Daisypath Anniversary Years Ticker

Rabu, 30 Juni 2010

Upsy Daisy - I Look, I See 2 Yusuf Islam, Friends & Children

It's Time for Hasan to Get Meal

Hasan sudah 6 bulan lebih 2 minggu sekarang, alhamdulillah sudah waktunya diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Sejak pas banget 6 bulan, Hasan mulai umi kenalkan dengan buah2an terlebih dahulu. Seperti halnya dulu Silmi, step by step nya saya lakukan, alhadulillah silmi dulu juga bisa saya sebut berhasil. MPASI home made, bukan instant, dan semoga ini menjadi ikhtiar pola hidup sehat.

Beberapa hari kemudian, karena Hasan senang menggigit-gigit sesuatu, saya beri dia snack biskuit. Pikir saya, daripada dia gigit-gigit benda ga jelas selain mainan gigit-gigitan, mending pake biskuit aja. Alhamdulillah so far so good. Hasan juga sudah mulai terlatih dengan sendok makannya. Akan tetapi, saat summer begini, udara sangat panas, tenggorokan mulai bermasalah. Jangankan Hasan, kita yang orang dewasa saja kerasa banget ga enaknya. Bibir pecah-pecah mulai dirasakan Hasan, makannya jadi agak susah, perih mungkin. Bibir pecah hasan getting worst, bahkan sangking lebar pecahannya, bisa sampe netes ke karpet/kasur saat sedang tengkurep/merangkak. Tapi dia taft sekali, tidak menangis sedikitpun. Padahal yang ngeliat aja kasihan. Akhirnya saya treatment dengan mengoleskan madu-habbatussudah di bibirnya, dikit saja coz madu sebenernya tidak disarankan untuk anak dibawah 1 tahun. Alhamdulillah sudah membaik dan makan pun kembali lancar., alhamdulillah.


Hasan memang terasa lebih tangguh dan besar daripada silmi. Ya mungkin karena dia anak laki-laki. Perkembangan Hasan sangat pesat sekarang, dia sudah merangkak ke seluruh penjuru rumah, berdiri dan "rembetan" setiap kali nemu benda yang bisa dipakai pegangan . Subhanallah....Kakak Silmi juga jadi udah mulai bisa mengajak hasan maen, rame deh hehe...






Sabtu, 12 Juni 2010

Saya Bukan Siapa-Siapa, tapi Saya IMA

Hehe....judul yang aneh ya? saya hanya ingin menuliskan apa yang saya temui dan rasakan. Ya, saya memang bukan siapa-siapa. Saya melihat teman-teman saya banyak yang dusah sukses, melakukan pencapaian-pencapaian yang sungguh luar biasa dan di luar perkiraan saya sebelumnya. Saya sangat kagum dan senang setiap kali mendengar kisah teman-teman saya yang berhasil mencapai sesuatu. Memang, semuanya serba "sawang sinawang", mungkin menurut orang lain saya begini, menurut saya orang lain begitu....tinggal dari sisi mana kita melihatnya.

Dan ketika say melihat diri saya, saya memang bukan siapa-siapa, tetapi saya adalah seorang IMA, yang senantiasa berusaha untuk bisa menjalani hidup yang sudah ditakdirkan, terus belajar, terus berusaha meperbaikin diri agar bisa bermanfaat pula buat orang lain.

Kalo saya perhatikan, di daerah tempat saya tinggal di Indo, orang dihargai kok karena dia PNS ato bukan. Atau buat para perempuannya, eksistensi dilihat dari dia bekerja atau tidak. Kalo dia tidak bekerja, rasanya kok kurang dihargai. Apalagi kalo seperti saya yang berprofesi jadi ibu Rumah Tangga. Makanya, barangkali saya juga bukan siapa-siapa di mata tetangga-tetangga saya, teman maupun saudara saya di rumah. Tapi toh semua itu tak akan megurangi rasa sayang saya dan pada mereka dan apa yang bisa saya berikan buat mereka.

Saya pun tak berkecil hati ketika kemudian di sini saya tak bekerja. Toh tidak bekerja bukan berarti tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan. Saya justru sangat bersyukur karena bisa mendampingi anak-anak dengan sepenuh waktu yang saya punya. Mereka adalah amanah yang Allah berikan kepada saya, jangan sampai terlalaikan. Apalagi jika saya mendengar kembali cerita kakak saya yang harus pergi pagi pulang malam untuk bekerja. Maupun cerita gonta-ganti asisten rumah tangga yang begitu ribet serta mengkhawatirkan. Dan saya pun punya banyak teman di sini, para ibu yang luar biasa. Para ibu dengan latar belakang pendidikan tinggi, ada dokter, psikolog, ahli masakan, ahli bahasa, akuntan, ibu-ibu lulusan-lulusan S2 di bidang masing-masing....wow...subhanallah. Semoga para anak menjadi generasi yang sholeh dan berguna bagi ummat ketika dididik oleh ibu-ibu luar biasa tersebut.

Jadi, saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya adalah IMA, ibu dari anak-anak saya, istri dari suami saya yang selalu berusaha memberikan apa yang saya bisa bagi keluarga, masyarakat, ummat karena Allah swt, semoga ridhoNya atas semuanya.. Seantiasa berusaha menjadi pribadi yang bertaqwa yang sepertinya mudah diucapkan tapi begitu tertatih meraihnya. Allah maha melihat lagi maha mengetahui.

Ayo Menulis!

Kemaren barus saja diadakan pelatihan jurnalistik buat para akhwat di Qatar. Saya jadi ingat beberapa tahun silam saat2 masih di kampus. Rasanya belum lama saya meninggalkan dunia mahasiswa dengan berbagai ragam kegiatannya. Tentunya jurnalistik bukan hal yang baru buat saya, walopun kualitas serta kuantias tulisan saya juga tidak bagus, tapi saya terus berusaha belajar. Tidak asing pula karena saat saya menjabat jadi menteri komunikasi dan informasi BEM kerjaan saya ya seputar hal tersebut. Koran, radio dan bahkan terakhir kami mengadakan pelatihan reportase televisi bekerja sama dengan metro waktu itu, walopun saat kegiatan tersebut terealisasi saya sudah tereshufle menjadi bendahara. hmmmm pelatihan jurnalistik kemaren benar-benar mengingatkan saya dengan kenangan beberapa tahun silam, dan kembali menyemangati diri ini untuk terus menulis, istiqomah menulis, apapun itu. Saya pun jadi teringat apa yang disampaikan Kak Andi Yudha beberapa waktu sebelumnya, bahwa apa yg kita fikirkan, ilmu, ikatlah dengan tulisan. Karena kalo tidak kita tuliskan ya akan hilang begitu saja dan susah kita ingat. Siapa tahu hal tersebut akan bermanfaat, kendati pun tidak untuk waktu sekarang.

Sejak menikah, saya memang senantiasa menjaga semangat dan idealisme agar masih tetap seperti semula. Kita masih muda kawan, masih banyak yang bisa dilakukan. Walopun realisasinya ya susah juga, perlu banyak penyesuaian dengan kondisi suami, anak, dan aktivitas yang tentu sangat jauh berubah dibanding saat masih sendiri dan jadi mahasiswa. Maklum, saya menikah saat baru saja keluar dari kampus, walopun saya pernah merasakan dunia kerja, tapi status saya waktu itu masih mahasiswa. So.....saya pun kembali menyemangati diri untuk terus menulis, apapun itu, hanya sebagai latihan dan cara saya menjaga semangat. Sambil terus belajar juga agar apa yang ditulis bisa bermanfaat buat orang lain.

Acara Akhir Tahun Kaifa

Alhamdulillah rangkaian Acara Akhir Tahun Kaifa dapat terlaksana dengan lancar. Subhanallah, senang rasanya hati ini melihat riang gembiranya anak-anak pada acara tersebut. Rangkaian acaranya dimulai dengan Pentas Anak-anak Kaifa. Oleh Bu Evin sang sutradara, acara ini dikemas dengan apik denga alur cerita yang berkisah tentang kegiatan belajar anak-anak di Kaifa. Masing-masing kelas tampil, anak-anak sangat senang sekali, walopun dengan persiapan yang cukup singkat, alhamdulillah penampilan anak-anak bagus sekali. Dalam acara ini anak-anak juga sangat senang dengan kedatangan Kak Andi Yudha "Mio" yang bercerita dan sangat menghibur tak cuma anak-anak, tapi juga para orang tua wali murid. Diakhiri dengan pengumuman siswa terbaik di kelas dan penyerahan hadiah serta bazaar dari ibu-ibu warga Indonesia di Qatar. Subhanallah, rasa lelah kami benar-benar hilang seketika begitu melihat tawa riang dan keceriaan anak-anak pada acara tersebut. Terbayar sudah rasa lelah kami saat harus rapat, mempersiapkan segala sesuatu, latihan.....Alhamdulillah semoga di acara yang akan datang bisa lebih baik dan tentunya bisa dirasakan manfaatnya oleh semua.

Rangkaian acar berikutnya adalah "Parenting Creativity" yang diadakan di Swiss Bell hotel di hari berikutnya. Dalam acara ini, Kak Andi menyampaikan kepada para orang tua untuk mengasah kreativitas dalam mendidik anak dengan tidak mematikan potensi kreativitas anak. Sebagai orang tua, kita harus bisa menyelami dunia anak-anak, menjadi teman bagi mereka dan mengesampingkan terlebih dahulu dunia orang "dewasa". Dengan begitu, apa yang akan kita sampaikan, ajarkan, akan lebih mudah dicerna, dilakukan oleh anak-anak kita.

Acara ketiga adalah training kreativitas guru TPA se Qatar. Training ini tidak hanya diikuti oleh para guru Kaifa, tapi juga para guru TPA dari kota-kota di sekitar Qatar. Sangat inspiratif dan kreatif sekali apa yang Kak Andi sampaikan kepada para guru. Sangat bermanfaat sekali buat saya, meng-up grade kembali cara saya dalam mengajar anak-anak. Dulu ketika masih mengajar di Indonesia, up grade guru sering dilakukan, jadi guru bisa terus meningkatkan kemampuan serta kreaivitas mengajarnya. Sedangkan di sini, sudah lama rasanya saya tidak mendapatkan up grade guru, kegiatan traning guru ini menjadi sangat saya butuhkan. Pada kesempatan tersebut, Kak Andi memperkenalkan metode "Gerak, Suara dan Gambar". Pada intinya kita sebagai guru bisa mengoptimalkan gerak, suara, dan gambar dalam mengajar. Harus berani mengeluarkan suara dengan benar, intonasi yang jelas, gerak yang cocok, serta gambar yang dikemas dengan apik agar menarik buat anak-anak.

Kedatangan Kak Andi Yudha dalam rangkaian acara akhir tahun Kaifa sangat inspiratif. Bener-bener menginspirasi baik anak-anak, para orang tua, maupun guru, untuk terus berproses kreatif. Saya baru kali ini bertemu dengan beliau walopun saya sudah kenal dari tokoh "MIO" yang beliau ciptakan. Saya mengenal mio sejak silmi berusia 5 bulan saat saya membelikannya satu buku "Halo Balita" yang termasuk di adalamnya boneka tangan mio, sali dan saliha. Sampai sekarang, buku dan mio tersebut masih setia menemani saya bercerita dengan Silmi, jadi buku bacaan favorit Silmi juga. Senngaja kami bawa ke Qatar karena toh masih akan terus bermanfaat sampai silmi 5 tahun. Dan sekarang pun jadi bermanfaat pula buat Hasan. Terima kasih Kak Andi, atas banyak pelajaran berharga yang telah disampaikan, lewat Mio yang kami kenal, lewat rangkaian kegiatan kemarin dan semoga terus memberikan pencerahan ilmu bagi yang lain.