Pakaian yang kita pakai biasanya akan kita sesuaikan dengan situasi dn kondisi serta moment yang kita hadapi. Manakala kita tinggal di daerah tropis mungkin sepanjang musim model baju masih tidak begitu banyak berubah. Ketika saya tinggal di negara timur tengah pun demikian pula, perlu penyesuaian dengan musim, masyarakat dan tentu saja budget belanja.
Awal pindah ke sini, saya banyak membawa baju dari Indonesia dengan model biasa saja, ala ibu2 yang pake jilbab di Indo lah. Lalu kemudian saya perhatikan teman-teman yang sudh lebih dulu tinggal di sini kok ya model bajunya sama dengan teman-teman yang ada di Indonesia, bahkan trend-nya pun relative sama. Padahal awalny saya berpikir, para ibu di sini itu pakai abaya, lengkap dengan cadarnya….ternyata oh ternyata…tidaklah demikian. FYI yang saya maksud dengan abaya adalah pakaian gamis panjang berwarna hitam yang dipakai wanita, dan tsoup adalah gamis panjang putih yang dipakai laki-laki.
Menurut selentingan gosip yang saya dapatkan, jadi begini…..dulu awal-awal orang Indonesia ramai tinggal di Qatar memang trend-nya menyesuaikan masyarakat native qatarinya dengan memakai abaya bagi perempunnya dan tsoup bagi bapak-bapak. Akan tetapi, tahun- tahun belakangan ini, trend-nya agak berubah, memakai baju model Indonesia seperti halnya di Indonesia saja. Alasannya agak aneh memang, yaitu karena sekarang para mbak-mbak TKW diberi pakaian oleh para majikan dengan abaya, biar ga sama dengan mbak-mbak TKW, para ibu ekspat enggan pakai abaya. Dan di sini yang lebih sering pakai bergo/jilbab kaos jadi yang tinggal dipakai itu ya mbak-mbak tersebut....so...trend-nya pun beralih menjadi pakai jilbab kain yang pakai peniti. Sebagai penjual baju di sini, otomatis saya harus jeli melihat selera pasar hehe.....
Kalo saya sih bukan masalah itu, tapi lebih kepada ketidaknyamanan hati, rasanya kok nggak pantes ya, niru2 orang Qatari, padahal khan kita bukan orang sini, Rasanya aneh berpakaian abaya tapi mata sipit. Bahkan kalo tidak salh di Dubai or Abu Dhabi, baju-baju semacam abaya dan tsoup ada aturannya bahwa hanya boleh dipakai oleh orang native saja, pendatang tidak diperbolehkan.
Padahal, kalo pakai abaya lebih enak sih, longgar, warnanya pun hitam tidak menerawang, bisa dipakai kapan saja dan dimana saja. Kalo lagi buru-buru bisa tinggal disamber aja, praktis. Dan tentunya, syarat menutup aurat jadi lebih afdhol. Karena di Qatar kita boleh memakai abaya, saya pun punya beberapa. Suami pun punya tsoup berupa baju gamis berwarna putih. Dulu kami beli agak banyak ketika akan umroh, dan memang umroh lebih enak kalo pakai baju-bajuu tersebut.
Kalau mau cari abaya, carilah di souq asiri, buanyak banget saampe bingung milihnya. Saya aja pertama ke sini malah ga jadi beli coz bingung. Harganya....jangan salah, kalo beli di butik abaya macam Motajahiba or yang lain yang suka ada di mall-mall, harganya bisa same 2000an, bahkan lebih. Hehe, coba dikurs-kan ke rupiah yang 1 realnya= 2500, berapa coba? mahal banget khan hihi....untuk sebuah baju. Selendangnya saja ada yang sampai 400 real. hihi.....makanya saya cenderung beli di souq coz paling harganya kisaran 100-300an. Abaya bisa yang sudah jadi maupun pesan. Enaknya klau pesan, ukuran serta model bisa sesuai selera kita tentunya, tapi harus nunggu beberapa lama. Susahnya kalo orang indonesia seperti saya adalah ngepasin panjangnya, karena rata2 abaya panjang banget menyesuaikan postur tubuh wanita arab yang tinggi-tinggi. Biasanya kalo kepanjangan kita bisa minta dipotongin bawahnya or ada juga teman yang nyari abaya versi anak-anak agar sesuai ukuran. Saya sendiri abaya paling mahal justru yang gratisan seragam yang dikasih harganya 250-an, yang lain paling 100an. Kayaknya kok sayang, akhirnya kalo pulang ke indo saya biasanya beli gamis hitam yang harganya lebih murah n bahan lebih nyaman.
Kalau tsoup suami saya biasanya bikin juga, dan tentunya berkaitan dengan masalah ukuran tadi. Pesennya di souq al ali paling banyak. Khusus penjahit tsoup banyak berjejer di souq ini. Harganya berkisar 100-200 tergantung bahan, model dan ukuran. Kalau suami saya katanya termasuk yang ga boros bahan (rata-rata orang indo khan lebih kecil dibanding orang sini), hihi....padahal suami saya termasuk yang berbadan lebar.
Untuk keseharian, kami tetap lebih sering pakai baju model indonesia, biasa aja. Dengan warna yng macem-macem dan jilbab kain, yang lagi musim sekarang jilbab paris. Saya jadi jarang pakai abaya karena abaya saya tidak berkancing depan, padahal waktu hamil abaya doank yang masih muat dipakai n jadi favorit sehari-hari. Berhubung sudah melahirkan, alhamdulillah juga ukuran badan udah getting back to normal size, jadi udah bisa pakai baju-baju sebelum hamil juga.
1 komentar:
Alhamdulillah... dimanapun berada kita tetep apa nyamannya ya Ummu Silmi tidak terpengaruh dengan standart orang laen tentang pakaian maupun hal laennya.
Klo sy dari gadis sampe sekarang selera ga' brubah serta punya'nya ya itu itu dhoank hehe.. ga' pede klo' pake krudung semarak ..^_^..
Posting Komentar