Jeleder….jeleder..!!bunyi petir malam ini mengagetkanku dari pekerjaanku sedari habis sholat Isya tadi. Hujan mulai turun kian deras…dan sesaat kemudian, Deph!lampu rumah mati! Kuberanjak dari tempat tidurku, artinya pekerjaanku mengoreksi hasil ulangan anak-anak harus segera kuhenikan karena suasana gelap yang sudah tidak memungkinkan lagi. Segera kucari senter dan kunyalakan lilin. Waduh..ternyata atap bocor dimana-mana. Segera kuambil ember dan wadah seadanya untuk menampung air yang semakin banyak saja. Kemarin-kemarin tak begitu kusadari karena memang sudah cukup lama tidak turun hujan selebat ini. Yah..untuk kesekian kalinya keadaan seperti ini harus kuhadapi sendirian. Suami yang kebetulan masuk kerja pada malam hari, mau tidak mau, harus bisa kuatasi sendiri. Segera kuberanjak tidur walaupun mata terasa masih belum mengantuk, berharap hujan segera reda, lampu segera menyala dan akhirnya…aku terlelap dalam gelap.
Tanpa terasa sudah 8 minggu aku merasakan kehidupan berumah tangga. Hidup bersama suami di tempat yang sama sekali belum pernah kuinjak sebelumnya. Tanpa teman, kerabat yang sudah kukenal sebelumnya. Keadaan-keadaan sendirian di malam hari, kebocoran, belum lagi rumah yang bak kapal pecah karena kesibukan kami maisng-masing sehingga tak sempat beres-beres seringkali harus kuhadapi. Tak terbayang sebelumnya kalau semua ini harus kuhadapi. Aku adalah seorang anak bungsu dan terbiasa terpenuhi permintaan dan mauku. Tetapi aku begitu bersyukur kepada Allah karena hal-hal seperti itu dapat segera kuatasi lewat proses dan pengalaman yang dari hari ke hari kulewati.
Perjalanan awal pernikahan ternyata tidak sesulit yang kubayangkan. Memang kadang-kadang ada perasaan pesimis dan kurang beremangat menghadapi semua pernak-pernik rumah tangga yang harus mulai kuhadapi, dari mulai masak, cuci baju, mis komunikasi sama suami, tapi semua berhasil kuatasi. Ternyata, jika kita memang banyak-banyak berdoa, berserah diri pada Allah, dan senatiasa berikhtiar, Allah memudahkan semuanya. Dalam hati ini terasa kebahagiaan dan ketentraman yang begitu dalam. Dan semua penat, kelelahan dan ketidaknyamanan menjadi sirna. Semangat mengerjakan segala kewajiban istri pun muncul begitu saja tanpa keterpaksaan. Alhamdulillah, aku begitu bersyukur pada Allah atas semua karunia ini. Atas suami yang begitu menyayangiku dan semoga pernikahan ini senantiasa menjadi ibadah buat kami berdua.
Kehidupanku di tempat yang baru pun segera berubah warna, mulai kutemukan teman, saudara seiman yang bisa menentramkan hati. Kutemukan kembali semangat ukhuwah dan saling bantu pada tetangga-tetanggaku, teman-teman saudara seiman yang membuatku tak lagi merasa sendiri. Kembali kuucap syukur hanya padaMu ya Rabb seru sekalian alam.
Tanpa terasa-hari demi hari bersama suami kulewati dengan penuh kebahagiaan. Semua yang kulewati senantiasa kujadikan proses untuk banyak belajar menjadi lebih dewasa. Aku yakin bahwa Allah akan senantiasa menguji hambaNya yang beriman, akan tetapi ujian itu tidak akan melebihi kemampuan hambanya.
Hari ini, aku sudah seminggu terlambat haid. Penasaran, kubeli tetspack dan segera kucoba esok harinya. Alhamdulillah…Subhanallah…hasilnya (+). Benar-bernar sebuah kejutan bahagia bagiku. Segera kusampaikan berita ini pada suami, yang diapun tak sabar menunggu kehadiran buah hati kami. Hai-hari di bulan-bulan pertama kehamilan ternyata memang tidak begitu mengenakkan. Dari yang lemes, mual-mual, muntah-muntah, pusing. Tapi semua kunikmati dan kuhadapi dengan banyak beraktivitas, mengisi waktu dengan banyak membacar buku-buku tentang kehamilan dan tentu saja banyak makan dan ngemil.
Hari ini jadwal kontrol ku ke dokter, 2 bulan usia kehamilanku sekarang. Betapa leganya ketika dokter bilang janinnya sehat, baik-baik saja, berkembang sebagaimana mestinya. Ya Allah aku bersyukur kepadaMu, semoga amanah ini dapat kujaga dengan baik sehingga kelak akan lahir generasi sholehah yang senantiasa berjuang membela agamaMu. Sekarang PRku dan suami selanjuntnya adalah menjaga calon anak kami dengan baik, bersiap menghadapi kelahiran, dan tentunya menjadi orangtua yang baik bagi anak kami kelak. PR yang terakhir ini yang terasa begitu berat. Terbayang bagaimana orangtua kami berusah payah mendidik kami, dan menghadapi kebandelan-kebandelan kami dengan penuh sabar sehingga kami bisa seperti sekarang. Akankah kami bisa melakukannya?Tapi kami senantiasa akan terus berusaha. Takkan kusia-siakan amanah Allah ini. Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatanpada kim dan semoga…”Anakku, kau menjadi anak yang sholeh/ah yang mampu membawa orangtuamu ini ke SurgaNya kelak…Amien”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar