Awalnya, ima nulis ini bukan berarti ima lebih tahu, bisa ataupun lebih baik. Akan tetapi, semoga dengan ima menuliskan semua ini, bisa juga jadi bahan renungan, bahan pelajaran buat ima...yang akhir-akhir ini sedang gundah, sedih, dan semoga bisa jadi penenang hati.
Sepekan yang lalu...bangsa kita diingatkan kemabli pada momen hari Kartini. Pengajian tadi sore mengingatkanku akan contoh muslimah-muslimah yang jauh lebih dari Kartini pada jaman Rasulullah dahulu. Maksudnya, sifat dan tauladan yang patut kita contoh, bahkan justru jauh lebih baik dari Kartini.
Yang pertama sosok Khadijah, tentunya kita sudah sering tahu lewat sirah Nabi. Khadijah adalah orang yang tegar, mandiri, sabar, berpendirian teguh, mendukung keIslaman Rasulullah dan berIslam (keimanan yang tinggi), berjuang dalam dakwah bersama Rasulullah...subhanallah dan masih banyak lagi yang tidak cukup rasanya jika kita akan menggambarkan begitu istimewanya sosok Ibu umat muslim ini.
Yang kedua Fatimah, putri Rasulullah yang begitu sederhana. Mau menerima Ali yang tidak berharta, tangannya kasar menumbuk gandum untuk makan. Dalam segala keterbatasan finansial dia mampu tegar dan tetap berjuang dalam Islam.
Ketiga adalah Asiah istri Firaun. Allah memberikan hidayahNya pada seorang istri penguasa yang kafir dan mengaku dirinya sebagai Tuhan. Di tengah tekanan itu, dia tetap teguh pendirian akan keimanannya pada Allah Tuhan Musa. Bayangkan jika kita pada kondisi itu, suami kita orang seperti Fir’aun, mungkin kita akan kalah, sedangkan Asiah begitu tegar dan tetap beriman.
Keempat, Maryam. Kendati pun dia mempunyai anak dengan tanpa suami, akan tetapi tetap bisa mempertahankan kehormatannya. Begitu tegar, melahirkan hanya sendirian. Menghadap kelahiran, kemudian dibantu oleh Allah dengan pohon kurma...begitu mempunyai kekuatan untuk tetap mengemban amanah Allah dalam kandungannya agar selamat dan kemudian melahirkan seorang nabi.
Kelima...dengan tidak bermaksud mensejajarkan, seorang Kartini. Seorang perempuan pada masa itu yang sudah mempunyai pemikiran visioner, kritis, dan berusaha memberikan kemajuan bersama. Dulu, pemikirannya untuk menterjemahkan Al Qur’an ditentang oleh ustadznya karena dianggap nyeleneh. Tapi kemudian Ustadznya tersadar bahwa masyarakat indonesia pada masa itu tidak bisa ataupun kesulitan memahami Al qur’an jika kita tidak tahu bahasanya. Bagaimana akan mengamalkan jika isinya saja tidak dimengerti. Sampai pada hari pernikahannya dia mendapatkan hadiah sebuah terjemahan Al qur’an dari ustadznya. Ini membuktikan bahwa pemikiran seorang Kartini adalah pemikiran seorang pahlawan, yang perjuangannya patut kita contoh .
Allah memberikan kita kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pahlawan. Dalam QS Al Balad disebutkan akan kesempatan kita, Allah menunjukkan jalan fujur atau taqwa...tinggal mana yang akan kita pilih. Kesempatan ini diberikan Allah pada semua hamba-Nya. Apalagi di tengah segala kemudahan pada jaman sekarang yang telah Allah berikan, rasanya tidak ada alasan jika kita tidak bisa melakukan apa-apa.
Pada sebuah kisah, seorang yang memberikan minum pada seekor anjing yang kehausan pun adalah seorang pahlawan. Padahal itu hal yang sepele sepertinya di mata kita. Tapi kalau ada kisah seseorang yang ngasih uang ke pacarnya karena dompetnya ilang dan pacarnya itu butuh uang buat bayar TA kuliahnya pahlwan juga bukan ya? Kayaknya sepele di mata kita, tapi wallahu a’lam sih. Akar kesalahannya pada bagian ”pacar”nya itu. Kan kalo di hadits 1 arbain, apa yang kita lakukan, jika untuk wanita ya...yang kita dapet wanita itu. Tapi wallahu a’lam bi showab sih...Allah kan yang menilai semuanya. Semoga harta itu tetap berkah bagi yang memberi dan menerima ketika kemudian mereka menyadarinya di kemudian hari.
Terakhir...semoga kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Alah memberikan kepada kita begitu banyak kenikmatan dan kemudahan atas segala hal. Semoga sebagai muslimah, perempuan, kita bisa beramal seoptimal mungkin dengan potensi yang kita punyai.
Wallahu a’lam bi showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar