Keluargaku Bahagia......

Daisypath Anniversary Years Ticker

Minggu, 26 Juli 2009

Balada Kerokan

Cuaca saat summer seperti sekarang memang terasa tidak nyaman, serta rentan penyakit menyerang jika kondisi tubuh kita kurang fit. Begitu pula yang dialami Silmi dan Ayahnya. Silmi hanya sebentar pilek/flu, tapi tidak sampai demam. Itupun hanya sebentar, alhamdulillah segera sembuh, aktivitas dia pun biasa saja, tetap ceria dan mau makan. Tak ketinggalan, ayah Silmi juga merasa ga enak badan. Ditambah kondisi pabrik yang lagi musim shut down-start up, jadi sering lembur dan waktu bekerja jadi semakin padat. Nah, sudah menjadi kebiasaan ayah Silmi saat ga enak badan seperti masuk angin dia minta dikerokin. Tapi semenjak kami menikah, cukup jarang dia meminta dikerokin, karena dia tahu saya orang yang tidak punya kebiasaan mengeroki maupun dikerokin. Kalo habis ngerokin saya sering mengeluhkan rasa panas bekas minyak angin di tangan yang sampai berjam-jam habis kerokan ga ilang-ilang. Nah saat sekarang-sekarang, Ayah punya strategi bagus buat menghadapi kendala saya tersebut, dia ambilkan sarung tangan karet yang masih baru dari lab. Dan akhirnya, tanpa saya bisa mencari alasan lagi...ya jadi ngerokin deh. Yah begitulah orang Indonesia, tak bisa lepas dari kebiasaan kerokan ternyata. Padahal kalo dipikir-pikir, ada yang bilang kerokan hanya sugesti saja. Pernah dengar pengalaman orang yang baru datang dari Indonesia, seperti halnya pekerja yang lain, prosedur di awal saat baru tiba adalah medical check. Ternyata, orang tersebut baru saja kerokan di rumah (Indonesia) karena agak tidak enak badan pas berangkat, sebelum terbang. Hehe...petugas medical check-nya terkaget-kaget melihat bekas "kerokan" di punggung orang tersebut, bahkan sampe2 hampir saja gagal medical check. Mungkin dikira orang tersebut mengiidap penyakit apa gitu, sampe punggungnya merah-merah. Hehe...untung orang tersebut ga langsung disuruh balik ke Indo pas liat punggungnya. Apalagi sekarang lagi musim flu baby....dan penyakit2 yang sedang diwaspadai lainnya. Jadi pelajarannya, kalo mo berangkat ke luar negeri, jangan kerokan dulu di rumah ya!...bekas kerokannya bisa dikira penyakit apaan tar.

Kamis, 23 Juli 2009

Umroh 2009

Alhamdulillah tanggal 24 Juni s.d 5 Juli kemaren kami sekeluarga berkesempatan menunaikan ibadah umroh dengan lancar, tanpa halangan yang berarti. Awalnya kami berencana menjalankan ibadah umroh kali ini dengan naik mobil sendiri, tapi berhubung suami sebagai sopir belum pernah, tidak tahu jalan dan ini umroh pertama kami, akhirnya kami memutuskan dengan naik bis lewat hamlah/agen. Untuk biaya umrohnya sendiri ada 2 jenis, yang biasa hanya 900 QR per orang ( sekitar 2,5 juta rupiah), sedangkan untuk VIP 1600 QR per orang (Sekitar 4,5 juta rupiah), itu belum termasuk makan. Untuk anak di bawah usia 2 tahun seperti Silmi gratis alias tidak dikenai biaya, hanya saja tentu dia harus dipangku/tidak dapat seat. Awalnya kami mendaftar untuk VIP karena pertimbangan kenyamanan dan saya sedang hamil. Akan tetapi, untuk VIP tanggal segitu tidak ada karena kuota peserta tidak terpenuhi. VIP available baru tanggal 8 Juli, artinya kami harus mengundurkan waktu 2 minggu dari rencana semula. Akhirnya dengan pertimbangan usia kehamilan saya yang pas saat tanggal 24 Juni (sudah melewati trimester I dan perut belum terlalu besar) serta khawatir semakin di undur cuaca semakin panas (puncak summer diperkirakan Juli-Agustus) kami memutuskan menggunakan jenis yang biasa dan tetap tanggal 24 Juni 2009 kemarin. Cara pendaftarannya cukup mudah, hanya dengan menyerahkan foto 3x4 background putih 2 lembar dan pasport.

Alhamdulillah ternyata perjalanan dengan bus biasa masih dapat kami rasakan cukup nyaman. AC masih bisa kami rasakan sejuk walopun suhu di luar cukup panas dan penumpang yang cukup banyak (50 orang). Bus melaju meninggalkan Doha pukul 07.00, tidak begitu terlambat karena kami diharuskan berkumpul pukul 06.00. Pukul 08.00 kami sampai di border Saudi, memang cukup dekat. Suasana yang sungguh jauh berbeda kami rasakan antara Qatar dan Saudi. Qatar dengan segala infrastruktur yg cukup bagus, perlatan canggih sangat jauh berbeda dengan Saudi.. Waktu cukup lama kami habiskan di border untuk mengurus segala urusan imigrasi. Di Border Qatar semua berlangsung sangat cepat. Ketika di border Saudi....wuih lama banget. Kami diharuskan stempel passport, finger print dan foto di loket imigrasi. Padahal saat itu ramai sekali, komputer dan petugasnya hanya 1, dan kami harus menunggu semua penumpang selesai. Belum lagi kalo ada orang Qatari/Saudi yang tidak bisa menunggu dan antri dengan baik. Mungkin jika memakai mobil pribadi tidak akan selama ini, karena prosesnya hanya untuk beberapa orang saja, sedangkan penumpang bus kami ada banyak. Akhirnya kami shalat dzuhur dan makan siang di border. Saat semua urusan imigrasi selesai, giliran pemeriksaan barang. Barang-barang yang ada di dalam bus semua harus diturunkan untuk diperiksa...kalo di Saudi menggunakan anjing pelacak, padahal kalo Qatar udah pake screening kayak di bandara. Semua proses selesai, bus melaju lagi, sepanjang jalan yang kami temui adalah hamparan padang pasir, dan peternakan unta.

Selesai umroh, di tempat tahalul

Setelah perjalanan yang cukup lama, dengan istirahat sesekali untuk makan dan sholat, akhirnya pukul 04.30 kami sampai di miqat. Kami segera berbersih diri untuk bersiap ihram s.d Masjidil haram nanti. Selesai bersih-bersih, memakai ihram dan shalat shubuh kami segera kembali ke bus unntuk melanjutkan perjalanan. Pukul 06.00 kami berangkat dari miqat dengan tak hentinya mengucapkan talbiyah s.d Makkah. 1,5 jam kami sampai di hotel tempat kami menginap, menurunkan barang-barang dan segera bersiap menuju masjidil haram. Ternyata jarak hotel kami dengan Masjidil Haram dekat sekali. Kami berjalan hanya 10 menit sudah sampai. Sungguh sebuah perasaan yang tidak tergambarkan rasanya ketika sampai di Masjidil Haram dan Ka'bah ada di depan mata kami. Kami segera melakukan umroh, Alhamdulillah jamaah lumayan sepi, jadi untuk thawaf dan Sa'i tidak terlalu berdesak-desakan. Kami bahkan mampu menyentuh rukun Yamani, walopun untuk Hajar Aswad tetap tidak memungkinkan. Semua prosesi umroh sudah selesai, kami kembali ke hotel untuk istirahat dan makan. Saat menjelang dzuhur baru kami berangkat menuju Masjidil Haram lagi. Kami sengaja tetap di Masjid hingga Ashar tiba. Selesai sholat Ashar kami ke hotel untuk istirahat dan bersih-bersih, baru Magrib dan Isya kami ke Masjid lagi. Demikian setiap harinya, praktis Silmi pun ikut serta di Masjid.

di pelataran Masjidil Haram

Satu hal yang cukup kami rasakan kewalahan adalah Silmi yang asyik berlari-larian ke sana ke mari. Saat tdiak waktu sholat, masih bisa kami jaga, kadang saat sholat juga dia ikut sholat dan tidak berlarian. Akan tetapi saat sholat Isya yang cukup panjang Dia lama-lama ga betah juga. Sempat beberapa kali Silmi hilang saat Sholat Isya. Padahal justru saat itu jamaah cukup banyak. Padahal saya juga sudah menyematkan name tag di bajunya, akan tetapi dia lolos juga dari pegangan dan pantauan kami. Akhirnya besok-besoknya Simi digendong sama Ayahnya saat Sholat Isya. Kalo kata orang-orang kakinya suruh diikat pake tali yang diikatkan juga di baju abaya saya. tapi rasanya kok tidak tega. Juga saat memilih tempat untuk sholat, usahakan di deket orang asia/indonesia/malaysia. Karena orang-orag tersebut cukup ramah dan menegur anak kecil dengan hati-hati. Kalo orang Arab, anaknya sendiri saja, kalo nangis pas lagi sholat...bisa dipukulnya, apalagi kalo sama anak orang lain. Minimal dibentak atau didorong kalo sampai Silmi ngalangin tempat Sholatnya. Padahal khan dia masih kecil, ga ngerti juga khan?

Dan Silmi juga ga mau makan plus minum susu. Dia hanya mau susu UHT yang pake sedotan, mungkin karena sudah kenyang dan tercukupi minum air zam-zam yang tersedia berlimpah dan dia minum berkali-kali selama di masjidil haram. atau karena tidak betah di tempat yang baru...Wallahua'lam....

bersama rombongan jamaah umroh warga Indonesia di Qatar, dengan background jabal Tsur


di Jabal Rahmah

Hari ketiga kami ditawari ziarah ke tempat-tempat bersejarah di Makkah oleh seorang teman dari Indonesia yang biasa jadi guide, dia tinggal di Makkah. Sekalian mengambil air zam-zam dari tempat pengambilan umum, bukan di masjid. Subhanallah kami jadi mereview sirah Nabawi ketika menyaksikan sendiri tempat-tempat tersebut, sungguh perjuangan Rasulullah menyebarkan dienul Islam ini, serta pertolongan Allah atas semuanya sangatlah luar biasa. Terbayang saat membayangkan Asma' binti Abu Bakar menaiki bukit ketika hamil besar, ternyata bukit itu sangatlah terjal, bahakn memakan waktu 2 hari mungkin untuk sampai ke atas bagi ukuran wanita yang sedang hamil. Dan lain sebagainya. Sebenarnya paket umroh kami pun ada ziarah juga, tapi waktunya tidak lama, bahkan hanya melihat saja selintas ketika kami menuju Madinah.


Setelah 7 hari di Makkah kami menuju Madinah. Perjalanan Makkah- Madinah dengan Bus sekitar 10 jam. Di Madinah cuaca relatif tidak sepanas Makkah. Hotel kami cukup jauh dari Masjid nabwai tapi jika ditempuh dengan jalan kaki juga masih memungkinkan. Hotelnya dekat dengan Restoran Indonesia, jadi kami mudah mencari makan. Waktu di Makkah kami catering masakan Indonesia sama orang Indonesia yang memang biasa menyediakan jasa catering buat jamaah haji dan umroh dari Indonesia. 2 malam di Madinah, paginya kami bersiap untuk pulang. Alhamdulillahs semua berjalan dengan lancar. Hanya saja lumayan pegel buat saya memangku Silmi perjalanan Madinah-Doha 20 jam di bis. Begitu juga waktu berangkat....yah tinggal pegelnya sekarang begitu nyampe rumah.