Keluargaku Bahagia......

Daisypath Anniversary Years Ticker

Kamis, 24 April 2008

Sebuah Renungan, semoga bisa diambil hikmahnya

Beberapa menit yang lalu, ima baru saja chatting dengan teman. Teman yang ketika kuliah begitu kukenal, absen berdekatan, kost sempat bareng...jadi teringat masa2 kuliah dulu. Sekarang kami semua sudah beranjak lebih tua...lebih dewasa seharusnya. Kami sudah sama2 berkeluarga...punya anak. Beberapa bulan ini kami sering curhat2an. Curhat inilah yang membuatku kemudian merenung dan mempertanyakan pada diriku apakah aku sudah cukup bersyukur atas apa yang Allah berikan kepadaku. Sedangkan aku masih sering mengeluh...masih sering merasa menderita...sakit hati...padahal temanku itu...ya Allah, semoga Allah senantiasa memberikan ketabahan dan kesabaran kepadanya. Ceriat berawal ketika kami sudah cukup lama tak berkomunikasi...tau2 dapat kabar anak pertamanya kritis di rumah sakit dan waktu itu dia sedang hamil 7 bulan anak yang kedua. Akhirnya anak pertamanya tak tertolong dan meninggal dunia. Dia mulai bermasalah dengan suaminya. Suaminya tak bekerja...dan tak cukup intens memperhatikan istri dan anaknya yang pada waktu itu begitu membutuhkannya. Aku membayangkan...bagaimana dia harus membayar biaya RSnya?Beberapa bulan kemudian, anak keduanya lahir. Anak pertamanya lahir caesar...jarak anak kedua 1 tahun lebih sedikit, seharusnya anak kedua lahir dengan caesar karena masih beresiko tinggi. Terbayang biayanya berapa lagi...sementara suaminya tak bekerja, tak memperhatikannya. Sampai pada hari kelahiran tiba...Allah maha penolong atas hambaNya...anaknya lahir dengan normal, sehat dan gemuk 3,85 kg!!! dan ibunya pun selamat. Nekat juga batinku, tak menyangka kalau dia akan seberani itu melahirkan normal padahal resikonya tinggi sekali. Sekarang anaknya sudah seusia Silmi, 6 bulan kurang lebih. Dan dia harus menghadapi kehidupan bersama anaknya tanpa suami, karena semenjak anak pertamanya meninggal suaminya entah dimana...tak pernah muncul batang hidungya..tak juga nafkah yang diberikan. Beberapa bulan lalu pula...dia sempet bingung apakah perkawinannya akan dia pertahankan dengan kondisi seperti ini? tak tentu arah...tak ada tanggung jawab. Tapi bagaimana jika bercerai...anak baru saja lahir, usia juga tak beda jauh denganku? semuda ini sudah gagal menapaki bahtera rumah tangga. Ya Allah...aku tak bisa berkata apa2 lagi ketika saat ini dia curhat kepadaku. Aku tak mampu membayangkan kepedihan hatinya. Tapi hidup harus terus berjalan. Masa depan masih panjang, anak2 kami masih kecil. Hari ini dia sedang berusaha melamar pekerjaan sendiri, agar bisa hidup mandiri. Rasanya ingin membantu...tapi bagaimana, aku pun tinggal bermil2 jauhnya. Aku mungkin hanya bisa berdoa, dan semua ini membuatku harus memperbaiki kesyukuranku pada Allah atas kondisiku sekarang. Allah memberi ujian sesuai kadar keimanan hambaNya. Dan aku takut jika aku tak mampu bersyukur...maka.......tak berani kulanjutkan.. Aku kadang masih sering mengeluh... sering merasa sakit hati dan tidak puas atas apa yang ada dihadapanku, padahal itu sudah lebih dari cukup...(Alhamdulillahhirobbil 'alamin....)

Tidak ada komentar: